Banjir Terjang 5 Kelurahan di Banyuwangi, Ini Dugaan Sebabnya
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo memaparkan, saat curah hujan tinggi, sungai Kali Lo tak lagi mampu menampung debit air. Sehingga air meluap dan masuk ke permukiman warga.Banjir menggenangi 5 kelurahan di wilayah Kecamatan Banyuwangi semalam. Penyebab banjir selain karena curah hujan tinggi, juga diduga akibat terjadinya pendangkalan di sepanjang aliran sungai Kali Lo. Selain itu, alih fungsi lahan di bagian hulu memperparah banjir di perkotaan Banyuwangi.
Adanya pendangkalan sedimentasi pada daerah aliran sungai (DAS) Kali Lo menjadi salah satu faktor penyebab banjir. Maklum, dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun, sedimintasi DAS Kali Lo sama sekali belum tersentuh. Hanya pada bagian muara saja yang baru dilakukan normalisasi.
"Sedimentasi aliran sungai Kalilo sangat tinggi, akibatnya sungai menjadi dangkal. Ketika curah hujan tinggi, air sungai langsung lompat dari tangkis yang dibangun," papar Guntur kepada wartawan, Selasa (29/11/2022).
Normalisasi pada aliran sungai Kalilo belum bisa terlaksana karena alat berat tidak bisa masuk.
"Kami sudah ketemu dengan Ketua RT di Panderejo agar ada akses masuk satu dua rumah untuk dibebaskan sebagai pintu masuk alat berat backhoe. Karena padat, rumah alat berat tidak bisa masuk dan tidak bisa melakukan normalisasi," jelasnya.
Apalagi, untuk aliran sungai saat ini bukan saja air yang mengalir, melainkan sudah membawa material berupa tanah liat, lumpur dan batu. Itu seiring dengan adanya alih fungsi lahan di kawasan hulu.
"Penanganan banjir di Banyuwangi ini tidak hanya terletak pada sungai dan saluran irigasi, melainkan juga secara komprehensif mulai dari kawasan hulu hingga hilir," bebernya.
Masyarakat, kata Guntur, memang mengusulkan untuk tangkis atau plengsengan ditinggikan satu meter. Namun, lambat laun tangkis yang telah ditinggikan tersebut akan percuma jika tidak dilakukan normalisasi pengangkatan sedimen sungai.
Untuk saat ini, pengerukan sedimentasi sungai Kali Lo sudah tak bisa ditawar lagi. Pengerukan sedimentasi harus dilakukan sepanjang Kali Lo, mulai dari muara Kampung Ujung, Kepatihan, Tukang Kayu, Panderejo sampai Kelurahan Pengantigan.
Jika tidak ada penanganan serius terhadap alih fungsi lahan, maka jangka panjang bisa mengancam ketahanan pangan di Kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini. Betapa tidak, jika setiap hujan turun membawa material lumpur, tanah, dan batu, maka akan memperlambat laju air. Sungai-sungai akan menjadi dangkal. Suplai air ke saluran irigasi sawah juga akan terganggu.
Penanganan banjir tersebut, imbuh Guntur, tidak hanya sungai di kawasan Kecamatan Banyuwangi saja, melainkan juga sungai di kawasan Banyuwangi selatan. Pasalnya, alih fungsi lahan hampir merata terjadi di Banyuwangi.
"Harus segera digalakkan kembali konservasi dengan mengembalikan fungsi tanaman sehingga jika hujan turun tidak membawa material yang mengakibatkan penumpukan sedimen di aliran sungai," imbuhnya.
"Hitungan saya sudah over, biaya operasional akan habis untuk normalisasi aliran sungai. Karena sungai-sungai sudah penuh dengan sedimen. Jika tidak dinormalisasi, Banyuwangi sebagai lumbung padi nasional bisa terancam," tandasnya.
sumber : detik
Comments
Post a Comment